welcome


Jumat, 26 April 2013


Kelompok IX
1.      SAPERIAH
2.      HESTI NOVIANTI
3.      HELMA WAHDAH
4.      ABDUL HAMID
5.      ABDUL GANI




Masalah-Masalah Belajar  pada Anak  Didik

1.      Masalah-Masalah Internal Belajar
Faktor internal yang dialami dan dihayati oleh siswa yang berpengaruh pada proses belajar sebagai berikut.
1)      Sikap terhadap Belajar
Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu, mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak, mengabaikan. Sikap menerima, menolak, atau mengabaikan suatu kesempatan belajar merupakan urusan pribadi siswa. Akibat penerimaan, penolakan, atau pengabaian kesempatan belajar  tersebut akan berpengaruh pada perkembangan kepribadian.
2)      Motivasi Belajar
Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Motivasi belajar pada diri siswa dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya, mutu hasil belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu, motivasi belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus-menerus. Agar siswa memiliki motivasi belajar yang kuat, pada tempatnya diciptakan suasana belajar yang menggembirakan.
3)      Konsesntrasi Belajar
Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memuasatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses pemerolehannya. Untuk memperkuat perhatian pada pelajaran, guru perlu menggunakan bermacam-macam strategi belajar-mengajar, dan memperhitungkan waktu belajar, serta selingan istirahat.
4)      Mengolah Bahan Belajar
Mengolah bahan belajar merupakan kemampuan siswa untuk menerima isi dan cara pemerolehan ajaran sehingga menjadi bermakana bagi siswa. Cara pemerolehan ajaran berupa cara-cara belajar sesuatu, seperti bagaimana menggunakan kamus, daftar logaritma, atau rumus matematika.
5)      Menyimpan Porelahan Hasil Belajar
Menyimpan perolehan hasil belajar merupakan kemapuan menyimpan isi pesan dan cara perolehan pesan. Kemampuan menyimpan tersebut dapat berlangsung dalam waktu pendek dan waktu yang lama. Proses belajar terdiri dari proses pemasukan, proses pengolahan kembali dan hasil, dan proses penggunan kembali.
6)      Menggali Hasil Belajar yang Tersimpan
Menggali hasil belajar yang tersimpan merupakan proses mengaktifkan pesan yang telah terterima. Dalam hal pesan baru, siswa akan memperkuat pesan dengan cara mempelajari kembali atau mengaitkannya dengan bahan lama. Dalam hal pesan lama, siswa akan memanggil atau membangkitkan pesan dan pengalaman lama untuk suatu unjuk hasil belajar. Proses menggali pesan lama tersebut  dapat berwujud (1) transfer belajar, atau (2) unjuk prestasi belajar. Penggalian hasil yang tersimpan ada hubungannya dengan baik atau buruknya penerimaan, pengolahan, dan penyimpanan pesan.
7)      Kemampuan Berprestasi atau Unjuk Hasil Belajar
Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar merupakan suatu puncak  proses belajar. Pada tahap ini siswa membuktikan keberhasilan belajar. Siswa menunjukkan bahwa ia telah mampu memecahkan tugas-tugas belajar atau mentransfer hasil belajar. Dari pengalaman sehari-hari di sekolah diketahui bahwa ada sebagian siswa tidak mampu berprestasi dengan baik. Kemampuan berprestasi tersebut terpengaruh oleh proses-proses penerimaan, pengaktifan, pra-pengolahan, pengolahan, penyimpanan, serta pemanggilan untuk pembangkitan pesan dan pengalaman. Bila proses-proses tersebut tidak baik, siswa dapat berprestasi kurang atau dapat juga gagal berprestasi.
8)      Rasa Percaya Diri Siswa
Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi pengembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungan. Dalam proses belajar, diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap pembuktian “perwujudan diri” yang diakui oleh guru dan rekan sejawat siswa. Makin sering berhasil menyelesaikan tugas, maka semakin memperoleh pengakuan umum, dan selanjutnya rasa percaya diri semakin kuat.
9)      Intelegensi dan Keberhasilan Belajar
Menurut Wechler (Monks dan Knoers, Siti Rahayu Haditono) intelegensi adalah suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak secara terarah, berpikir secara baik, dan bergaul dengan lingkungan secara efisien. Menurut Siti Rahayu Haditono, di Indonesia ditemukan banyak siswa memperoleh angka hasil belajar yang rendah. Hal itu disebabkan oleh faktor-faktor seperti (1) kurangnya fasilitas belajar di sekolah dan rumah di berbagai pelosok, (2) siswa makin dihadapkan oleh berbagai pilihan dan mereka merasa ragu dan takut gagal, (3) kurangnya dorongan mental dari orang tua karena orang tua tidak mengerti apa yang dipelajari oleh anaknya di sekolah, (4) keadaan gizi yang rendah sehingga siswa tidak mampu belajar yang lebih baik, serta (5) gabungan dari faktor-faktor tersebut, mempengaruhi berbagai hambatan belajar.
10)  Kebiasaan Belajar
Dalam kegiatan sehari-hari ditemukan adanya kebiasaan belajar yang kurang baik. Kebiasaan belajar tersebut antara lain (1)  belajar pada akhir semester, (2) belajar tidak teratur, (3) menyia-nyiakan kesempatan belajar, (4) bersekolah hanya untuk bergengsi, (5) datang terlambat bergaya pemimpin, (6) bergaya jantan, seperti merokok, sok menggurui teman lain, dan (7) bergaya minta “belas kasihan” tanpa belajar.
11)  Cita-Cita Siswa
Cita-cita merupakan motivasi intrinsik.  Cita-cita tersebut perlu dididikkan. Didikan memiliki cita-cita harus dimulai sejak sekolah dasar. Di sekolah menengah didikan pemilikan dan pencapaian cita-cita sudah semakin terarah. Cita-cita merupakan wujud eksplorasi dan emansipasi diri siswa.

2.      Faktor-Faktor Eksternal Belajar
1)      Guru sebagai Pembina Siswa Belajar
Guru adalah pengajar yang mendidik. Dia tidak hanya mengajar bidang studi yang sesuai dengan keahliannya, tetapi juga menjadi pendidik generasi muda bangsanya. Guru yang mengajar siswa adalah seorang pribadi yang tumbuh menjadi penyandang profesi guru bidang studi tertentu. Guru juga menumbuhkan diri secara profesional. Dia bekerja dan bertugas mempelajari profesi guru sepanjang hayat.
2)      Sarana dan Prasarana Pembelajaran
Prasarana pembelajaran meliputi gedung sekolah, ruang belajar, lapangan olahraga, ruang ibadah, ruang kesenian, dan peralatan olahraga. Sarana pembelajaran meliputi buku pelajaran, buku bacaan, alat dan fasilitas laboratorium sekolah, dan berbagai media pengajaran yang lain. Lengkapnya prasana dan sarana pembelajaran merupakan kondisi pembelajaran yang baik.
3)      Kebijakan Penilaian
Proses belajar mencapai puncak pada hasil belajar siswa atau unjuk kerja siswa. Sebagai suatu hasil maka unjuk kerja tersebut, proses belajar berhenti untuk sementara. Dan terjadilah penilaian. Dengan penilaian yang maksud adalah penetuan sampai sesuatu dipandang berharga, bernutu, atau bernilai. Ukuran tentang hal itu berharga, bermutu, atau bernilai datang dari orang lain. Dalam penilaian hasil belajar maka penentu keberhasilan belajar tersebut adalah guru. Hasil belajar dinilai dengan ukuran-ukuran guru, tingkat sekolah, dan tingkat nasional. Dengan ukuran-ukuran tersebut, seorang siswa yang keluar dapat digolongkan lulus atau tidak lulus. Dari segi proses belajar, keputusan tentang hasil belajar berpengaruh tindak siswa dan tindak guru.
4)      Lingkungan Sosial Siswa di Sekolah
Siswa-siswa di sekolah membentuk lingkungan pergaulan, yang dikenal sebagai lingkungan sosial siswa. Tiap siswa berada dalam lingkungan  sosial siswa di sekolah. Ia memiliki kedudukan dan peranan yang diakui oleh sesama. Jika seorang siswa terterima maka ia dengan mudah menyesuaikan dan segera dapat belajar. Sebaliknya, jika tertolak maka ia akan merasa tertekan.
5)      Kurikulum Sekolah
Program pembelajaran di sekolah mendasarkan diri pada suatu kurikulum. Kurikulum yang di berlakukan di sekolah adalah kurikulum nasional yang disahkan oleh pemerintah, atau suatu kurikulum yang disahkan oleh suatu yayasan pendidikan.

3.      Mengenal dan Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa
a.      Mengenal Anak Didik yang Mengalami Kesulitan Belajar
Gejala adanya kesulitan belajar adalah sebagai berikut.
·         Menunjukkan prestasi belajar yang rendah.
·         Hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan.
·         Anak didik lambat dalam mengerjakan tugas-tugas belajar.
·         Anak didik menunjukkan sikap yang kurang wajar.
·         Anak anak didik menunjukkan perilaku yang berkelainan.
·         Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar.

b.      Usaha Mengatasi Kesulitan Belajar
Siswa yang mengalami kesulitan belajar perlu mendapatkan bantuan agar masalahnya tidak berlarut-larut yang nantinya dapat mempengaruhi proses perkembangan siswa. Beberapa upaya yang dapat dilakukan guru adalah (a) pengajaran perbaikan, (b) kegiatan pengayaan, (c) peningkatan motivasi belajar, dan (d) pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif.

Dalam mengatasi kesulitan belajar, ada langkah-langkah yang perlu diperhatikan. Langkah-langkah yang dimaksud adalah sebagai berikut.
(1) Kegiatan membicarakan dengan Kepala Sekolah tentang adanya murid-murid yang bermasalah dan usaha yang perlu dilakukan berkenan dengan masalah-masalah tersebut.
(2) Kegiatan mengamati dan mencatat pola-pola tingkah laku murid yang sering muncul (berulang) menjadi petunjuk adanya masalah.
(3) Kegiatan mempelajari kembali Commulative Record.
(4) Berbicara dengan guru-guru lain.
(5) Kegiatan berkonsultasi dengan juru rawat.
(6) Kegiatan berwawancara dan menyuluhi murid yang bersangkutan.
(7) Kegiatan jika perlu, melakukan referial.



Daftar Pustaka

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.