Kelompok
IX
1. SAPERIAH
2. HESTI
NOVIANTI
3. HELMA
WAHDAH
4. ABDUL
HAMID
5. ABDUL
GANI
Masalah-Masalah Belajar pada Anak
Didik
1.
Masalah-Masalah
Internal Belajar
Faktor internal
yang dialami dan dihayati oleh siswa yang berpengaruh pada proses belajar
sebagai berikut.
1) Sikap
terhadap Belajar
Sikap merupakan
kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan
penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu, mengakibatkan terjadinya sikap
menerima, menolak, mengabaikan. Sikap menerima, menolak, atau mengabaikan suatu
kesempatan belajar merupakan urusan pribadi siswa. Akibat penerimaan,
penolakan, atau pengabaian kesempatan belajar
tersebut akan berpengaruh pada perkembangan kepribadian.
2) Motivasi
Belajar
Motivasi belajar
merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Motivasi
belajar pada diri siswa dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi belajar akan
melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya, mutu hasil belajar akan menjadi
rendah. Oleh karena itu, motivasi belajar pada diri siswa perlu diperkuat
terus-menerus. Agar siswa memiliki motivasi belajar yang kuat, pada tempatnya
diciptakan suasana belajar yang menggembirakan.
3) Konsesntrasi
Belajar
Konsentrasi belajar
merupakan kemampuan memuasatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian
tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses pemerolehannya. Untuk
memperkuat perhatian pada pelajaran, guru perlu menggunakan bermacam-macam
strategi belajar-mengajar, dan memperhitungkan waktu belajar, serta selingan
istirahat.
4) Mengolah
Bahan Belajar
Mengolah bahan belajar
merupakan kemampuan siswa untuk menerima isi dan cara pemerolehan ajaran
sehingga menjadi bermakana bagi siswa. Cara pemerolehan ajaran berupa cara-cara
belajar sesuatu, seperti bagaimana menggunakan kamus, daftar logaritma, atau
rumus matematika.
5) Menyimpan
Porelahan Hasil Belajar
Menyimpan perolehan
hasil belajar merupakan kemapuan menyimpan isi pesan dan cara perolehan pesan.
Kemampuan menyimpan tersebut dapat berlangsung dalam waktu pendek dan waktu
yang lama. Proses belajar terdiri dari proses pemasukan, proses pengolahan
kembali dan hasil, dan proses penggunan kembali.
6) Menggali
Hasil Belajar yang Tersimpan
Menggali hasil belajar
yang tersimpan merupakan proses mengaktifkan pesan yang telah terterima. Dalam
hal pesan baru, siswa akan memperkuat pesan dengan cara mempelajari kembali
atau mengaitkannya dengan bahan lama. Dalam hal pesan lama, siswa akan
memanggil atau membangkitkan pesan dan pengalaman lama untuk suatu unjuk hasil
belajar. Proses menggali pesan lama tersebut
dapat berwujud (1) transfer belajar, atau (2) unjuk prestasi belajar.
Penggalian hasil yang tersimpan ada hubungannya dengan baik atau buruknya
penerimaan, pengolahan, dan penyimpanan pesan.
7) Kemampuan
Berprestasi atau Unjuk Hasil Belajar
Kemampuan berprestasi
atau unjuk hasil belajar merupakan suatu puncak
proses belajar. Pada tahap ini siswa membuktikan keberhasilan belajar.
Siswa menunjukkan bahwa ia telah mampu memecahkan tugas-tugas belajar atau
mentransfer hasil belajar. Dari pengalaman sehari-hari di sekolah diketahui
bahwa ada sebagian siswa tidak mampu berprestasi dengan baik. Kemampuan
berprestasi tersebut terpengaruh oleh proses-proses penerimaan, pengaktifan,
pra-pengolahan, pengolahan, penyimpanan, serta pemanggilan untuk pembangkitan
pesan dan pengalaman. Bila proses-proses tersebut tidak baik, siswa dapat berprestasi
kurang atau dapat juga gagal berprestasi.
8) Rasa
Percaya Diri Siswa
Rasa percaya diri
timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi
pengembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari
lingkungan. Dalam proses belajar, diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan
tahap pembuktian “perwujudan diri” yang diakui oleh guru dan rekan sejawat
siswa. Makin sering berhasil menyelesaikan tugas, maka semakin memperoleh
pengakuan umum, dan selanjutnya rasa percaya diri semakin kuat.
9) Intelegensi
dan Keberhasilan Belajar
Menurut Wechler (Monks
dan Knoers, Siti Rahayu Haditono) intelegensi adalah suatu kecakapan global
atau rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak secara terarah, berpikir secara
baik, dan bergaul dengan lingkungan secara efisien. Menurut Siti Rahayu
Haditono, di Indonesia ditemukan banyak siswa memperoleh angka hasil belajar
yang rendah. Hal itu disebabkan oleh faktor-faktor seperti (1) kurangnya
fasilitas belajar di sekolah dan rumah di berbagai pelosok, (2) siswa makin
dihadapkan oleh berbagai pilihan dan mereka merasa ragu dan takut gagal, (3)
kurangnya dorongan mental dari orang tua karena orang tua tidak mengerti apa
yang dipelajari oleh anaknya di sekolah, (4) keadaan gizi yang rendah sehingga
siswa tidak mampu belajar yang lebih baik, serta (5) gabungan dari
faktor-faktor tersebut, mempengaruhi berbagai hambatan belajar.
10) Kebiasaan
Belajar
Dalam kegiatan
sehari-hari ditemukan adanya kebiasaan belajar yang kurang baik. Kebiasaan
belajar tersebut antara lain (1) belajar
pada akhir semester, (2) belajar tidak teratur, (3) menyia-nyiakan kesempatan
belajar, (4) bersekolah hanya untuk bergengsi, (5) datang terlambat bergaya
pemimpin, (6) bergaya jantan, seperti merokok, sok menggurui teman lain, dan (7)
bergaya minta “belas kasihan” tanpa belajar.
11) Cita-Cita
Siswa
Cita-cita merupakan
motivasi intrinsik. Cita-cita tersebut
perlu dididikkan. Didikan memiliki cita-cita harus dimulai sejak sekolah dasar.
Di sekolah menengah didikan pemilikan dan pencapaian cita-cita sudah semakin
terarah. Cita-cita merupakan wujud eksplorasi dan emansipasi diri siswa.
2.
Faktor-Faktor
Eksternal Belajar
1) Guru
sebagai Pembina Siswa Belajar
Guru adalah pengajar
yang mendidik. Dia tidak hanya mengajar bidang studi yang sesuai dengan
keahliannya, tetapi juga menjadi pendidik generasi muda bangsanya. Guru yang
mengajar siswa adalah seorang pribadi yang tumbuh menjadi penyandang profesi
guru bidang studi tertentu. Guru juga menumbuhkan diri secara profesional. Dia
bekerja dan bertugas mempelajari profesi guru sepanjang hayat.
2) Sarana
dan Prasarana Pembelajaran
Prasarana pembelajaran
meliputi gedung sekolah, ruang belajar, lapangan olahraga, ruang ibadah, ruang
kesenian, dan peralatan olahraga. Sarana pembelajaran meliputi buku pelajaran,
buku bacaan, alat dan fasilitas laboratorium sekolah, dan berbagai media
pengajaran yang lain. Lengkapnya prasana dan sarana pembelajaran merupakan
kondisi pembelajaran yang baik.
3) Kebijakan
Penilaian
Proses belajar mencapai
puncak pada hasil belajar siswa atau unjuk kerja siswa. Sebagai suatu hasil
maka unjuk kerja tersebut, proses belajar berhenti untuk sementara. Dan
terjadilah penilaian. Dengan penilaian yang maksud adalah penetuan sampai
sesuatu dipandang berharga, bernutu, atau bernilai. Ukuran tentang hal itu
berharga, bermutu, atau bernilai datang dari orang lain. Dalam penilaian hasil
belajar maka penentu keberhasilan belajar tersebut adalah guru. Hasil belajar
dinilai dengan ukuran-ukuran guru, tingkat sekolah, dan tingkat nasional.
Dengan ukuran-ukuran tersebut, seorang siswa yang keluar dapat digolongkan
lulus atau tidak lulus. Dari segi proses belajar, keputusan tentang hasil
belajar berpengaruh tindak siswa dan tindak guru.
4) Lingkungan
Sosial Siswa di Sekolah
Siswa-siswa di sekolah
membentuk lingkungan pergaulan, yang dikenal sebagai lingkungan sosial siswa.
Tiap siswa berada dalam lingkungan
sosial siswa di sekolah. Ia memiliki kedudukan dan peranan yang diakui
oleh sesama. Jika seorang siswa terterima maka ia dengan mudah menyesuaikan dan
segera dapat belajar. Sebaliknya, jika tertolak maka ia akan merasa tertekan.
5) Kurikulum
Sekolah
Program pembelajaran di
sekolah mendasarkan diri pada suatu kurikulum. Kurikulum yang di berlakukan di
sekolah adalah kurikulum nasional yang disahkan oleh pemerintah, atau suatu
kurikulum yang disahkan oleh suatu yayasan pendidikan.
3.
Mengenal
dan Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa
a.
Mengenal Anak Didik yang Mengalami
Kesulitan Belajar
Gejala adanya
kesulitan belajar
adalah sebagai berikut.
·
Menunjukkan prestasi belajar yang
rendah.
·
Hasil belajar yang dicapai tidak
seimbang dengan usaha yang dilakukan.
·
Anak didik lambat dalam mengerjakan
tugas-tugas belajar.
·
Anak didik menunjukkan sikap yang
kurang wajar.
·
Anak anak didik menunjukkan perilaku yang berkelainan.
·
Menunjukkan gejala emosional yang kurang
wajar.
b.
Usaha Mengatasi Kesulitan Belajar
Siswa
yang mengalami kesulitan belajar perlu mendapatkan bantuan agar masalahnya
tidak berlarut-larut yang nantinya dapat mempengaruhi proses perkembangan
siswa. Beberapa upaya yang dapat dilakukan guru adalah (a) pengajaran
perbaikan, (b) kegiatan pengayaan, (c) peningkatan motivasi belajar, dan (d)
pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif.
Dalam
mengatasi kesulitan belajar, ada langkah-langkah yang perlu diperhatikan. Langkah-langkah
yang dimaksud adalah sebagai berikut.
(1) Kegiatan membicarakan dengan Kepala Sekolah
tentang adanya murid-murid yang bermasalah dan usaha yang perlu dilakukan
berkenan dengan masalah-masalah tersebut.
(2) Kegiatan mengamati dan mencatat pola-pola
tingkah laku murid yang sering muncul (berulang) menjadi petunjuk adanya
masalah.
(3)
Kegiatan mempelajari kembali Commulative
Record.
(4)
Berbicara dengan guru-guru lain.
(5)
Kegiatan berkonsultasi dengan juru rawat.
(6)
Kegiatan berwawancara dan menyuluhi murid yang bersangkutan.
(7)
Kegiatan jika perlu, melakukan referial.
Daftar Pustaka
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Rineka Cipta.