Kelompok
IX
1. SAPERIAH
2. HESTI
NOVIANTI
3. HELMA
WAHDAH
4. ABDUL
HAMID
5. ABDUL
GANI
Masalah-Masalah Belajar pada Anak
Didik
1.
Masalah-Masalah
Internal Belajar
Faktor internal
yang dialami dan dihayati oleh siswa yang berpengaruh pada proses belajar
sebagai berikut.
1) Sikap
terhadap Belajar
Sikap merupakan
kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan
penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu, mengakibatkan terjadinya sikap
menerima, menolak, mengabaikan. Sikap menerima, menolak, atau mengabaikan suatu
kesempatan belajar merupakan urusan pribadi siswa. Akibat penerimaan,
penolakan, atau pengabaian kesempatan belajar
tersebut akan berpengaruh pada perkembangan kepribadian.
2) Motivasi
Belajar
Motivasi belajar
merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Motivasi
belajar pada diri siswa dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi belajar akan
melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya, mutu hasil belajar akan menjadi
rendah. Oleh karena itu, motivasi belajar pada diri siswa perlu diperkuat
terus-menerus. Agar siswa memiliki motivasi belajar yang kuat, pada tempatnya
diciptakan suasana belajar yang menggembirakan.
3) Konsesntrasi
Belajar
Konsentrasi belajar
merupakan kemampuan memuasatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian
tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses pemerolehannya. Untuk
memperkuat perhatian pada pelajaran, guru perlu menggunakan bermacam-macam
strategi belajar-mengajar, dan memperhitungkan waktu belajar, serta selingan
istirahat.
4) Mengolah
Bahan Belajar
Mengolah bahan belajar
merupakan kemampuan siswa untuk menerima isi dan cara pemerolehan ajaran
sehingga menjadi bermakana bagi siswa. Cara pemerolehan ajaran berupa cara-cara
belajar sesuatu, seperti bagaimana menggunakan kamus, daftar logaritma, atau
rumus matematika.
5) Menyimpan
Porelahan Hasil Belajar
Menyimpan perolehan
hasil belajar merupakan kemapuan menyimpan isi pesan dan cara perolehan pesan.
Kemampuan menyimpan tersebut dapat berlangsung dalam waktu pendek dan waktu
yang lama. Proses belajar terdiri dari proses pemasukan, proses pengolahan
kembali dan hasil, dan proses penggunan kembali.
6) Menggali
Hasil Belajar yang Tersimpan
Menggali hasil belajar
yang tersimpan merupakan proses mengaktifkan pesan yang telah terterima. Dalam
hal pesan baru, siswa akan memperkuat pesan dengan cara mempelajari kembali
atau mengaitkannya dengan bahan lama. Dalam hal pesan lama, siswa akan
memanggil atau membangkitkan pesan dan pengalaman lama untuk suatu unjuk hasil
belajar. Proses menggali pesan lama tersebut
dapat berwujud (1) transfer belajar, atau (2) unjuk prestasi belajar.
Penggalian hasil yang tersimpan ada hubungannya dengan baik atau buruknya
penerimaan, pengolahan, dan penyimpanan pesan.
7) Kemampuan
Berprestasi atau Unjuk Hasil Belajar
Kemampuan berprestasi
atau unjuk hasil belajar merupakan suatu puncak
proses belajar. Pada tahap ini siswa membuktikan keberhasilan belajar.
Siswa menunjukkan bahwa ia telah mampu memecahkan tugas-tugas belajar atau
mentransfer hasil belajar. Dari pengalaman sehari-hari di sekolah diketahui
bahwa ada sebagian siswa tidak mampu berprestasi dengan baik. Kemampuan
berprestasi tersebut terpengaruh oleh proses-proses penerimaan, pengaktifan,
pra-pengolahan, pengolahan, penyimpanan, serta pemanggilan untuk pembangkitan
pesan dan pengalaman. Bila proses-proses tersebut tidak baik, siswa dapat berprestasi
kurang atau dapat juga gagal berprestasi.
8) Rasa
Percaya Diri Siswa
Rasa percaya diri
timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi
pengembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari
lingkungan. Dalam proses belajar, diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan
tahap pembuktian “perwujudan diri” yang diakui oleh guru dan rekan sejawat
siswa. Makin sering berhasil menyelesaikan tugas, maka semakin memperoleh
pengakuan umum, dan selanjutnya rasa percaya diri semakin kuat.
9) Intelegensi
dan Keberhasilan Belajar
Menurut Wechler (Monks
dan Knoers, Siti Rahayu Haditono) intelegensi adalah suatu kecakapan global
atau rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak secara terarah, berpikir secara
baik, dan bergaul dengan lingkungan secara efisien. Menurut Siti Rahayu
Haditono, di Indonesia ditemukan banyak siswa memperoleh angka hasil belajar
yang rendah. Hal itu disebabkan oleh faktor-faktor seperti (1) kurangnya
fasilitas belajar di sekolah dan rumah di berbagai pelosok, (2) siswa makin
dihadapkan oleh berbagai pilihan dan mereka merasa ragu dan takut gagal, (3)
kurangnya dorongan mental dari orang tua karena orang tua tidak mengerti apa
yang dipelajari oleh anaknya di sekolah, (4) keadaan gizi yang rendah sehingga
siswa tidak mampu belajar yang lebih baik, serta (5) gabungan dari
faktor-faktor tersebut, mempengaruhi berbagai hambatan belajar.
10) Kebiasaan
Belajar
Dalam kegiatan
sehari-hari ditemukan adanya kebiasaan belajar yang kurang baik. Kebiasaan
belajar tersebut antara lain (1) belajar
pada akhir semester, (2) belajar tidak teratur, (3) menyia-nyiakan kesempatan
belajar, (4) bersekolah hanya untuk bergengsi, (5) datang terlambat bergaya
pemimpin, (6) bergaya jantan, seperti merokok, sok menggurui teman lain, dan (7)
bergaya minta “belas kasihan” tanpa belajar.
11) Cita-Cita
Siswa
Cita-cita merupakan
motivasi intrinsik. Cita-cita tersebut
perlu dididikkan. Didikan memiliki cita-cita harus dimulai sejak sekolah dasar.
Di sekolah menengah didikan pemilikan dan pencapaian cita-cita sudah semakin
terarah. Cita-cita merupakan wujud eksplorasi dan emansipasi diri siswa.
2.
Faktor-Faktor
Eksternal Belajar
1) Guru
sebagai Pembina Siswa Belajar
Guru adalah pengajar
yang mendidik. Dia tidak hanya mengajar bidang studi yang sesuai dengan
keahliannya, tetapi juga menjadi pendidik generasi muda bangsanya. Guru yang
mengajar siswa adalah seorang pribadi yang tumbuh menjadi penyandang profesi
guru bidang studi tertentu. Guru juga menumbuhkan diri secara profesional. Dia
bekerja dan bertugas mempelajari profesi guru sepanjang hayat.
2) Sarana
dan Prasarana Pembelajaran
Prasarana pembelajaran
meliputi gedung sekolah, ruang belajar, lapangan olahraga, ruang ibadah, ruang
kesenian, dan peralatan olahraga. Sarana pembelajaran meliputi buku pelajaran,
buku bacaan, alat dan fasilitas laboratorium sekolah, dan berbagai media
pengajaran yang lain. Lengkapnya prasana dan sarana pembelajaran merupakan
kondisi pembelajaran yang baik.
3) Kebijakan
Penilaian
Proses belajar mencapai
puncak pada hasil belajar siswa atau unjuk kerja siswa. Sebagai suatu hasil
maka unjuk kerja tersebut, proses belajar berhenti untuk sementara. Dan
terjadilah penilaian. Dengan penilaian yang maksud adalah penetuan sampai
sesuatu dipandang berharga, bernutu, atau bernilai. Ukuran tentang hal itu
berharga, bermutu, atau bernilai datang dari orang lain. Dalam penilaian hasil
belajar maka penentu keberhasilan belajar tersebut adalah guru. Hasil belajar
dinilai dengan ukuran-ukuran guru, tingkat sekolah, dan tingkat nasional.
Dengan ukuran-ukuran tersebut, seorang siswa yang keluar dapat digolongkan
lulus atau tidak lulus. Dari segi proses belajar, keputusan tentang hasil
belajar berpengaruh tindak siswa dan tindak guru.
4) Lingkungan
Sosial Siswa di Sekolah
Siswa-siswa di sekolah
membentuk lingkungan pergaulan, yang dikenal sebagai lingkungan sosial siswa.
Tiap siswa berada dalam lingkungan
sosial siswa di sekolah. Ia memiliki kedudukan dan peranan yang diakui
oleh sesama. Jika seorang siswa terterima maka ia dengan mudah menyesuaikan dan
segera dapat belajar. Sebaliknya, jika tertolak maka ia akan merasa tertekan.
5) Kurikulum
Sekolah
Program pembelajaran di
sekolah mendasarkan diri pada suatu kurikulum. Kurikulum yang di berlakukan di
sekolah adalah kurikulum nasional yang disahkan oleh pemerintah, atau suatu
kurikulum yang disahkan oleh suatu yayasan pendidikan.
3.
Mengenal
dan Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa
a.
Mengenal Anak Didik yang Mengalami
Kesulitan Belajar
Gejala adanya
kesulitan belajar
adalah sebagai berikut.
·
Menunjukkan prestasi belajar yang
rendah.
·
Hasil belajar yang dicapai tidak
seimbang dengan usaha yang dilakukan.
·
Anak didik lambat dalam mengerjakan
tugas-tugas belajar.
·
Anak didik menunjukkan sikap yang
kurang wajar.
·
Anak anak didik menunjukkan perilaku yang berkelainan.
·
Menunjukkan gejala emosional yang kurang
wajar.
b.
Usaha Mengatasi Kesulitan Belajar
Siswa
yang mengalami kesulitan belajar perlu mendapatkan bantuan agar masalahnya
tidak berlarut-larut yang nantinya dapat mempengaruhi proses perkembangan
siswa. Beberapa upaya yang dapat dilakukan guru adalah (a) pengajaran
perbaikan, (b) kegiatan pengayaan, (c) peningkatan motivasi belajar, dan (d)
pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif.
Dalam
mengatasi kesulitan belajar, ada langkah-langkah yang perlu diperhatikan. Langkah-langkah
yang dimaksud adalah sebagai berikut.
(1) Kegiatan membicarakan dengan Kepala Sekolah
tentang adanya murid-murid yang bermasalah dan usaha yang perlu dilakukan
berkenan dengan masalah-masalah tersebut.
(2) Kegiatan mengamati dan mencatat pola-pola
tingkah laku murid yang sering muncul (berulang) menjadi petunjuk adanya
masalah.
(3)
Kegiatan mempelajari kembali Commulative
Record.
(4)
Berbicara dengan guru-guru lain.
(5)
Kegiatan berkonsultasi dengan juru rawat.
(6)
Kegiatan berwawancara dan menyuluhi murid yang bersangkutan.
(7)
Kegiatan jika perlu, melakukan referial.
Daftar Pustaka
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Rineka Cipta.
Bagi teman-teman yang ingin bertanya, kami batasi sampai hari Selasa pukul 21.00 WITA.
BalasHapusTerima Kasih
NURUL HIDAYAH
BalasHapusNIM A1B110224
Menurut kelompok 9, apakah ada perbedaan dalam mengatasi masalah internal belajar anak didik pada jenjang SMP dan SMA? Jelaskan!
^.^
Rizka Arie Ani, A1B110230
HapusMenurut saya ada perbedaan dalam mengatasi masalah internal pada jenjang anak SMP dan SMA. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan pola pikir dan kematangan diri anak didik tersebut. Salah satunya bisa ditunjukkan pada kemandirian siswa dan pada kemampuan unjuk hasil belajar pada siswa tersebut yang mampu memecahkan permasalahan belajarnya misalnya tugas-tugas yang diberikan oleh guru itu dipengaruhi oleh proses-proses selama belajar yang tentunya memberikan pengalaman bagi pelajar itu sendiri.
Nama: Hernawati
HapusNIm: A1B110245
Sependapat dengan tanggapan Rizka, bahwa salah satu dari faktor internal dalam masalah belajar pasti terdapat perbedaan antara jenjang SMP dan SMA meskipun tidak semuanya karena dapat dilihat dari latar belakang siswa tersebut seperi faktor usianya, disini faktor usia akan mempengaruhi tingkat kematangan anak didik dan pola pikirnya. Tingkat kematangan inilah yang membuat perbedaan tersebut. Salah satunya dapat kita lihat pada konsentrasi dalam belajarnya, kebanyakan pada jenjang siswa SMP masih ingin bermain-main sehingga masih kurang dalam konsentrasi belajar atau keseriusannya dalam belajar, sedangkan pada jenjang SMA sudah melewati masa-masanya jadi pemikirannya terlihat lebih dewasa dan lebih matang, dari pengalamannya dia bisa lebih serius dalam belajar sehingga konsentrasinya pun lebih meningkat dibandingkan pada saat masih SMP.
NORHALIMAH
BalasHapusNIM A1B110239
untuk kelompok 9, saya masih kurang mengerti dengan penjelasan menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar itu seperti apa ya? mohon penjelasannya!
Maksud dari kalimat "menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar" itu adalah gejala emosi siswa yang seperti pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu. Misalnya dalam menghadapi nilai rendah, tidak menunjukkan perasaan sedih atau menyesal, dan sebagainya.
HapusNama: Hernawati
HapusNim: A1B110245
Menanggapi pertanyan dari Noor Halimah, maksud dari “menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar” pada kesulitan dalam belajar yakni anak atau siswa tersebut akan mudah tersinggung, suka menyendiri, bertindak agresif dan cenderung mudah terpancing untuk marah. Hal ini tentunya akan menghambat siswa dalam belajar karena emosinya tidak terkontrol dengan baik.
NAMA : SISWANTO ADI SAPUTRO
BalasHapusNIM : A1B110233
Saya ada membaca tentang Usaha Mengatasi Kesulitan Belajar serta ada beberapa upaya yang dapat dilakukan guru untuk mengatasi siswa yang mengalami kesulitan belajar. Upaya tersebut seperti pengajaran perbaikan, kegiatan pengayaan, peningkatan motivasi belajar, dan pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif. Saya kurang mengerti yang telah disebutkan diatas. Mohon jelaskan secara singkat dan disertai contoh kalau ada !
Seperti yang Anda sebutkan bahwa upaya yang dapat dilakukan guru untuk mengatasi siswa yang mengalami kesulitan belajar ada pengajaran perbaikan, kegiatan pengayaan, peningkatan motivasi belajar, dan pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif. Berikut ini akan kami jelaskan mengenai hal tersebut.
Hapusa. Pengajaran Perbaikan
Pengajaran perbaikan merupakan suatu bantuan yang diberikan kepada seseorang atau sekelompok siswa yang menghadapi masalah belajar dengan maksud memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam proses dan hasil belajar mereka. Contohnya siswa yang nilainya rendah. Siswa tersebut perlu perbaikan nilai, yaitu dengan remedi. Yang diharapkan disini bukan hanya nilainya bagus, tetapi siswa juga diharapkan benar-benar memahami tentang konsep yang diajarkan guru.
b. Kegiatan Pengayaan
Kegiatan pengayaan merupakan suatu bentuk layanan yang diberikan guru kepada seorang atau beberapa orang siswa yang sangat cepat dalam belajar. Contohnya, siswa yang nilainya sudah bagus diberi tugas tambahan agar ia dapat menambah atau memperluas pengetahuan dan keterampilan yang telah dimilikinya dalam kegiatan belajar sebelumnya.
c. Peningkatan Motifasi Belajar
Peningkatan motivasi belajar ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1) Memperjelas tujuan-tujuan belajar.
2) Menyesuaikan pengajaran dengan bakat, kemampuan dan minat siswa.
3) Menciptakan suasana pembelajaran yang menantang, merangsang dan menyenangkan.
4) Memberikan hadiah ( penguatan ) dan hukuman bila perlu.
5) Menciptakan suasana hubungan yang hangat dan dinamis antara guru dan murid, serta antara
murid dan murid.
6) Melengkapi sumber dan peralatan belajar.
d. Pengembangan Sikap dan Kebiasaan Belajar yang Baik
Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik yang dapat dilakukan guru di antaranya adalah dengan mengajari siswa untuk mengatur waktu belajar, mengajari siswa agar membaca secara baik dan sesuai kebutuhan, dan sebagainya.
NAMA : Ahmad Jamaludin
BalasHapusNIM : A1B110204
PRODI : PBSI REG. B
Assalamualaikum.wr. wb…
Apa kabar teman-teman semua…mudah-mudahan pada sehat semua yaa…amin
Kelompok 9 sudah menjelaskan tentang masalah-masalah belajar pada anak didik saya ucapakan terimakasih karena memberikan pengetuan dan wawasan yang baru lagi untuk saya.
Selanjutnya saya ingin bertanya, apakah masalah di dalam keluarga, misalnya saja masalah tentang orang tuanya yang cerai atau di dalam keluarga selalu mengalami keributan, sehingga membuat anak tersebut depresi, apakah hal tersebut akan mengalami masalah dalam proses belajarnya?
Lalu termasuk masalah apakah dari paparan diatas? Internal atau eksternal? terimakasih
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusMasalah di dalam keluarga, seperti yang Anda katakan tentang orang tuanya yang bercerai atau keluarga yang selalu mengalami keributan dapat membuat anak mengalami permasalahan dalam belajarnya di sekolah. Hal tersebut dikarenakan lingkungan keluarga merupakan lingkungan tempat anak atau siswa itu dilahirkan, keluargalah yang pertama kali dikenal anak.
HapusKeluarga itu berperan dalam menyediakan situasi belajar yang nyaman dan tenang sehingga memotivasi anak untuk belajar. Orang tua juga harus memperhatikan pengalaman-pengalaman anak dan menghargai anak atas segala usahanya untuk belajar. Jika di rumahnya saja sering ribut atau karena adanya pertengkaran antara ayah dan ibunya maka bagaimana mungkin anak dapat belajar dengan baik. Lingkungan keluarga yang tidak harmonis dapat membuat anak tidak bersemangat untuk belajar di rumah maupun di sekolah. Oleh karena itu, hendaknya para orang tua menjalin hubungan yang harmonis di keluarganya karena keluarga berperan dalam proses belajar anak sehingga berkembang secara optimal, yaitu memberi kasih sayang, perhatian, memberi semangat dan dorongan, memfasilitasi, memberi rasa hormat, mengenalkan apa yang boleh dan tak boleh dilakukan oleh anak, dan sebagainya.
Bercerainya orang tua juga berdampak terhadap proses dan hasil belajar anak atau siswa. Peristiwa yang dialami anak tersebut akan mengganggu pikirannya sehingga ia pun tidak dapat untuk belajar dengan baik.
Jadi, lingkungan keluarga merupakan salah satu faktor yang dapat membuat anak bermasalah dalam belajarnya. Lingkungan keluarga merupakan faktor eksternal atau faktor yang berasalah dari luar diri anak/siswa.
Nama: Hernawati
HapusNim: A1B110245
Menanggapi pertannyaan Ahmad Jamuluddin, masalah di dalam keluarga merupakan faktor eksternal dalam kesulitan belajar, karena keluarga merupakan faktor di luar yang mendukung siswa dalam belajar. Tentunya masalah di dalam keluarga akan membuat anak tersebut menjadi depresi sehingga akan mengganggu psikologis anak tersebut dan anak seperti ini akan mengalami masalah dalam belajarnya.
Keluarga atau orang tua sangat berperan penting dalam masalah pendidikan dan sekolah anak maupun dalam masalah mengenai belajar anak. Jika keluarga tersebut adalah keluarga yang harmonis akan memberikan dorongan belajar yang kuat bagi anak, sebaliknya jika anak tersebut mempunyai masalah dalam keluarga atau orang tuanya selalu bertengkar atau tidak harmonis sampai terjadinya perceraian maka psikologis anak akan terganggu sehingga anak akan menyebabkan kurang bersemangat dalam belajar bahkan prestasi anak dalam belajar akan turun.
Anak yang terganggu dalam psikologisnya, biasanya akan menunjukkan sikap cenderung emosional yang kurang wajar dalam belajar, misalnya saja anak tersebut akan menunjukkan sifat malas belajar, diam daripada biasanya bahkan ada juga yang mempunyai sifat yang dulunya baik menjadi nakal contohnya saja membolos dan pulang sebelum waktunya kemudian seringkali suka membuat masalah di sekolah.
KUSNIATI ANDRIANI
HapusNIM A1B110215
Menanggapi pertanyaan Jamal menurut saya sangat jelas itu mengganggu psikologis anak dan mempengaruhi konsentrasi belajar anak tersebut. apalagi saudara mengatakan anak tersebut mengalaimi depresi sangat jelas itu mempengaruhi dalam proses belajar anak tersebut. permaslahan tersebut menurut saya merupakan faktor eksternal karena terjadi dari lingkungan keluarga. dimana lingkungan keluarga ini sangat mempengaruhi psikologis anak , peran orang tua sangat besar dalam kemajuan anaknya. Jika dalam keluarganya saja bermasalah bagaimana seorang anak membawa dirinya keluar.
NAMA : ENDANG PUSPITA R.
BalasHapusNIM : A1B110214
Hai sobat, saya mau bertanya...
Ketika ada siswa yang tidak suka atau jenuh dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia. Bagaimana caranya kita sebagai guru untuk meningkatkan motivasi siswa dalam proses belajar mengajar, sehingga tujuan belajar mengajar sesuai dengan kompetensi yang diinginkan. walaupun kita sebagai guru berusaha maksimal menciptakan suasana belajar yang menggembirakan. Dan berikan contoh !
Rizka Arie Ani, A1B110230
Hapusmenurut saya, bagaimana cara guru meningkatkan motivasi siswa yakni kita sebagai guru harus mengenal dulu permasalahan. jika permasalahannya adalah kejenuhan siswa pada pembelajaran bahasa indonesia maka kita sebagai guru tentu harus bisa berinisiatif untuk mengembalikan motivasi siswa dalam belajar. Contoh, kita dapat menyiapkan siswa dalam keadaan siap belajar dan kemudian memberikan apersepsi(pendehuluan pembelajaran) yang menarik untuk siswa misal pembacaan sebuah cerita atau pengalaman yang memunculkan kegembiraan dari peserta didik.
NURUL HIDAYAH
HapusNIM A1B110224
Cara yang dapat dilakukan oleh guru dalam mengatasi hal tersebut, yakni dengan menggunakan model pembelajaran yang beragam. Model pembelajaran yang disesuaikan dengan materi pembelajaran dapat meningkatkan motivasi anak didik dalam mengikuti proses belajar mengajar. Contoh dalam materi pembelajaran drama dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif, yakni anak didik dibagi menjadi beberapa kelompok kemudian masing-masing kelompok mementaskan sebuah drama kecil.
^.^
Sebagai seorang guru, kita harus dapat memotivasi siswa untuk belajar (mata pelajaran Bahasa Indonesia). Hal yang dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan motivasi belajar bagi siswa di antaranya adalah sebagai berikut.
Hapus1. Menjelaskan tujuan pembelajaran kepada peserta didik.
2. Menciptakan kehangatan dan keantusiasan dalam proses pembelajaran.
3. Menciptakan suasana kelas yang menyenangkan siswa.
4. Memberikan pujian terhadap siswa yang bisa menjawab pertanyaan siswa.
5. Jika perlu memberikan hadiah kepada siswa yang hasil belajarnya bagus (tetapi jangan sering).
6. Memberikan hukuman jika siswa berbuat salah. Bentuk hukumannya harus yang bersifat mendidik, misalnya siswa disuruh membacakan puisi, membuat pantun, mencari artikel, dan sebagainya.
7. Menggunakan media pembelajaran yang baik, yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Misalnya media radio jika materi pelajarannya mendengarkan berita.
8. Menghindari komentar buruk dan ancaman.
9. Menciptakan aktivitas yang melibatkan seluruh siswa dalam kelas.
10. Mengadakan kompetisi belajar, baik yang individu atau kelompok. Karena, terkadang jika ada saingan, siswa akan menjadi lebih bersemangat dalam mencapai hasil yang terbaik. Akan tetapi, perlu diingat agar guru menghindari kompetisi antarpribadi.
11. Menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi agar siswa tidak merasa jenuh lagi dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia.
NORHALIMAH
HapusNIM A1B110239
Cara guru meningkatkan motivasi belajar siswa agar sesuai dengan kompetensi yang diharapkan yaitu, dengan meningkatkan motivasi intrinsik dan ekstrinsik yang ada dalam diri siswa. Motivasi Intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri. Motivasi Ekstrinsik adalah motivasi yang timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar.
Nama: Hernawati
HapusNim: A1B110245
Sebagai seorang guru tentunya untuk mengatasi hal tersebut kita harus mempunyai metode maupun model-model yang dipakai dalam pembelajaran agar tidak terjadinya kejenuhan dalam proses belajar misalnya saja dalam pembelajaran mengenai unsur intrinsik pada cerpen maka kita dapat menggunakan metode jigsaw yakni kelompok di bagi menjadi beberapa kelompok, tim kelompok inilah yang kemudian disebut dengan tim ahli.
Untuk dapat meningkatkan motivasi siswa, seorang guru harus selalu memberikan motivasi kepada siswanya baik itu di awal (pembuka), di tengah (inti pembelajaran), maupun di akhir pembelajaran, sehingga di dalam pembelajaran menjadi lebih optimal dan siswa akan merasa senang dan semangat untuk belajar bahkan akan memunculkan gairah dalam belajar. Misalnya saja pada awal pembelajaran guru menjelaskan tentang tujuan pembelajaran atau tujuan yang ingin dicapai yang dapat menumbuhkan minat siswa untuk belajar yang pada akhirnya dapat meningkatkan motivasi belajar mereka. Setelah guru menjelaskan tujuan yang ingin dicapai para siswa akan terlibat untuk bersama-sama merumuskan tujuan belajar beserta cara-cara untuk mencapainya.
Nama : Eka Cahya Nenggar
BalasHapusNIM : A1B110228
Saya ingin bertanya pada kelompok...Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Motivasi belajar pada diri siswa dapat menjadi lemah. Yang saya tanyakan, apa yang menyebabkan motivasi belajar siswa menjadi lemah.Jelaskan dan berikan contoh!
terima kasih...... (^_^)
Rizka Arie Ani, A1B110230
HapusMenurut saya, motivasi adalah semangat belajar dan tentu ada kaitannya dengan mental siswa itu sendiri yang suatu saat dapat mengalami penurunan yang berujung pada melemahnya motivasi belajar. Hal tersebut dapat dikarenakan adanya permasalahan yang dialami anak didik tersebut salah satu contohnya permasalahan yang berasal dari faktor eksternal seperti masalah dalam keluarga yang tentu sangat mempengaruhi motivasi siswa tersebut, ketika ia berada di lingkungan sekolah khususnya ketika proses belajar mengajar.
Nama: Hernawati
HapusNim: A1B110245
Menanggapi pertanyaan dari Eka Cahaya Nenggar, motivasi siswa dalam proses belajar menjadi lemah biasanya dikarenakan oleh faktor eksternal yang terjadi di dalam dirinya, faktor eksternal ini bisa terjadi karena guru yang mengajar terlalu monoton atau menggunakan metode mengajar yang dipakai terlalu sering digunakan dalam proses pengajaran sehingga tidak ada variasi dalam proses mengajar, misalnya salah satu metode yang digunakan adalah metode ceramah yang digunakan dalam berbagai materi, jika metode ini sering digunakan dalam proses pembelajaran maka siswa atau peserta didik akan menjadi bosan dan motivasi untuk belajar pun akan turun. Dalam hal ini peran guru sangat penting untuk melakukan usaha-usaha agar dapat menumbuhkan dan memberikan motivasi untuk anak didiknya agar melakukan aktivitas belajar dengan baik. Selanjutnya faktor dari keluarga atau orang tua yang mempunyai masalah di dalam keluarga yang akan menghambat proses belajar siswa, sehingga siswa tersebut tidak termotivasi lagi dalam belajar dikarenakan masalah tersebut membuatnya tertekan dan motivasi dalam belajar pun akan lemah atau turun. Peran orangtua juga sangat penting dalam memberikan motivasi kepada anak tersebut dengan melakukan pendekatan-pendekatan untuk memberikan motivasi yang bisa membangkitkan semangat dalam belajar.
Sebenarnya penyebab melemahnya atau menurunnya motivasi belajar siswa itu dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.
HapusFaktor internal atau faktor dari dalam diri siswa itu misalnya perasaan malas untuk belajar, kelelahaan setelah beraktivitas, terlalu lama bermain, terlalu banyak mengikuti ekstrakulikuler, dan lain-lain.
Sedangkan penyebab melemahnya atau menurunnya motivasi belajar siswa yang berupa faktor eksternal adalah karena sikap orang tua yang tidak memberikan perhatian dalam belajar atau yang terlalu berlebihan perhatiannya jika masalah belajar. Selain itu, sikap guru terhadap siswa, sikap teman, suasana yang tidak mendukung untuk belajar di rumah, serta sarana belajar yang tidak memadai.
NAMA : JENI ARINA
BalasHapusNIM : A1B110253
kelompok sudah menjelaskan Masalah-Masalah Internal Belajar ,yang ingin saya tanyakan mengenai cita-cita siswa,bagaimana jika siswa masih bingung dengan cita-cita mereka ?bagaimana mengatasinya ?
itu saja pertanyaan dari saya terimakasih
NURUL HIDAYAH
HapusNIM A1B110224
Kita sebagai guru dapat melihat dan memahami minat atau bakat anak didik tersebut dulu sehingga kita dapat lebih mudah mengarahkannya pada cita-cita yang sesuai dengan keinginannya. Di samping itu, kita juga dapat memberikan contoh konkret mengenai cita-cita yang diinginkan. Misalnya cita-cita menjadi seorang guru. Berikanlah contoh peran seorang guru sebagai tenaga pengajar atau pendidik. Jadikan diri sendiri sebagai guru dalam contoh tersebut. Selain itu, berikan juga selingan bahwa dalam menggapai cita-cita apapun harus dilakukan dengan usaha.
^.^
terimakasih jawabannya saudari Nurul ^ , ^
HapusBanyak siswa atau orang yang bingung bahkan tak peduli dengan cita-citanya padahal cita-cita itu penting untuk memotivasi diri kita menjadi yang lebih baik dari sebelumnya. Bahkan banyak juga siswa yang cita-citanya hanya karena ikut-ikutan teman, mendengar teman ingin menjadi guru, dia juga ingin menjadi guru. Banyak mahasiswa yang akhirnya menyesal dan tidak serius saat kuliah karena salah memilih jurusan.
HapusNah, itu tadi sekilas tentang orang-orang yang cita-citanya tak terarah atau bingung dengan cita-citanya sendiri.
Sebagai seorang guru, kita dapat membantu siswa untuk menemukan cita-citanya. Cara yang dapat dilakukan oleh guru di antaranya adalah dengan menanya siswa tentang apa pelajaran yang disukainya.
• (misalnya siswa SMP/SMA) jika siswa suka kimia dan biologi artinya dia berbakat jadi dokter.
• Jika siswa suka olahraga, berarti bakatnya adalah atlet/guru olahraga.
• Jika siswa suka olahraga + PKn, berarti bakatnya adalah menjadi hakim/polisi.
• Jika siswa suka dengan gaya mengajar guru atau ternyata dia suka berakting seperti seorang guru dan memang senang belajar berarti bakatnya adalah menjadi guru, dan perlu diketahui juga mata pelajaran apa yang paling disukai siswa tersebut, misalnya dia senang mata pelajaran Matematika, artinya bakatnya adalah menjadi guru Matematika.
NAMA : RISDAWATI
BalasHapusNIM : A1B110209
Saya ingin bertanya kepada teman2 kelompok yang ada di poin 3 tentang menganal dan mengatasi kesulitan belajar siswa bagian B. Berikan penjelsan tentang usaha guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswa dalam proses pembelajaran berlangsung. Berikan masing2 contoh dari keempat poin tersebut.
Terimakasih
Sebelumnya mohon maaf, pertanyaan Saudara sebenarnya sama dengan pertanyaan Siswanto, jadi silakan Saudara baca jawaban kami pada balasan atas pertanyaan Siswanto.
HapusTerima kasih.
Nama : Susilawati
BalasHapusNIM : A1B110250
kelompok sudah menjelaskan masalah-masalah internal belajar terdapat beberapa faktor, yang saya ingin tanyakan pada poin 11 apa yang dimaksud dengan "cita-cita merupakan motivasi intrinsik", tolong jelaskan?
terima kasih.
"Cita-cita merupakan motivasi intrinsik."
HapusMaksud dari kalimat di atas adalah bahwa cita-cita merupakan tujuan yg sempurna yang akan dicapai atau dilaksanakan.
Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak memerlukan rangsangan dari luar karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Dengan kata lain, motivasi ini yang timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri. Contohnya siswa yang belajar karena memang dia ingin mendapatkan pengetahuan, nilai atau pun keterampilan agar dapat mengubah tingkah lakunya, bukan untuk tujuan yang lain.
Dengan demikian, cita-cita itu adalah suatu bentuk motivasi atau dorongan yang berasal dari dalam diri seseorang.
Muhammad Rifan
BalasHapusNIM : A1B110227
bagaimana cara guru memotivasi siswa yang suka merokok agar tidak merokok lagi?
NURUL HIDAYAH
HapusNIM A1B110224
Pada umunya, kita jelaskan dampak buruk dari merokok, seperti kerusakan paru-paru, impotensi, gangguan kehamilan, dan kecacatan pada janin. Ceritakan juga kesehatan buruk yang dialami oleh para lansia (lanjut usia) karena terlalu sering merokok ketika masih muda. Selain itu, kita juga dapat menampilkan gambar paru-paru dari orang yang selalu merokok. Biasanya paru-paru dari orang yang telah lama merokok akan mengalami kerusakan yang parah, seperti berubah warna menjadi biru atau memiliki lubang-lubang. Menurut saya, hal tersebut dapat membuat anak didik memikirkan baik-baik dampak dari merokok.
^.^
Ya, betul sekali apa yang dikatakan oleh Nurul bahwa agar siswa itu tidak merokok lagi, guru dapat menjelaskan dampak dari merokok dan memberikan gambaran tentang orang-orang yang kesehatannya telah terganggu akibat merokok.
HapusSebenarnya masalah merokok ini agak sulit untuk ditangani karena memang terbukti bahwa orang yang sudah terbiasa merokok akan sangat sulit untuk berhenti.
Nah, perlu kita ketahui bahwa dampak buruk merokok itu sudah jelas tertera di kotak rokok itu sendiri, tetapi masih saja banyak pengguna rokok.
Jadi, sebagai seorang guru (misalnya guru laki-laki) harus menjadi teladan bagi siswanya dengan tidak merokok. Bagaimana mungkin seorang guru dapat menasihati siswa-siswanya jika dia sendiri atau beberapa guru di sekolah tersebut ada yang merokok. Selain itu, kiranya pihak sekolah juga perlu mengadakan razia merokok, terutama dengan razia yang perencanaannya tidak diketahui siswa. Karena, jika diketahui siswa, mereka pun tentu tidak akan membawa rokok atau tidak akan merokok di sekolah karena sudah tahu dengan razia yang akan diselenggarakan sekolah.
Kiranya hanya itu yang dapat kami sampaikan tentang cara memotivasi siswa agar tidak merokok lagi.
Nama: Ria Marlina
HapusNim :A1B110210
Saya sependapat dengan Nurul, dan mencoba menambahkan hehe.
Guru menjelaskan dampak buruk dari merokok, kalau perlu bawakan kotak rokok, lalu lihatkan bacaan yang ada dikotak rokok itu. Di situ sudah jelas jika merokok bisa mengalami kerusakan paru-paru, impotensi, gangguan kehamilan, dan kecacatan pada janin. Mendeskripsikan harga rokok misalnya “Rokok Sampoerna yang harganya Rp. 13.500, di gunakan perhari kali sebulan berapa? lebih baik ditabung duitnya. Selain membuang uang ditambah lagi penyakit yang datang, coba pikirkan. Saya yakin kalian bisa berhenti merokok kalau kalian benar-benar ingin berhenti merokok”. Mungkin gurunya bisa berbicara seperti itu.
NORHALIMAH
HapusNIM A1B110239
Cara guru memotivasi siswa untuk berhenti merokok adalah yang lebih utama kita sebagai guru tidak merokok tentunya, untuk menjadikan diri kita sebagai contoh, kemudian cara lain yaitu guru bisa melakukan pendekatan kepada siswanya, kemudian memberikan penjelasan mengenai dampak negatif untuk kesehatan perokok dan zat berbahaya yang terkandung dalam rokok yakni, radioaktif Polonium-201, Acetone (bahan dalam cat), Amonia (pembersih toilet), naphthalene, DDT (pestisida) dan racun arsenik lainnya. Selain itu ketika dibakar, rokok mengeluarkan gas hidrogen sianida yang sering digunakan dalam kamar gas untuk hukuman mati. Belum lagi jika pembakaran tidak sempurna dapat menghasilkan gas karbon monoksida (CO) yang membuat darah sulit mengambil oksigen dari paru-paru. Zat-zat lain yang berbahaya dan sering disebut antara lain adalah Tar dan Nikotin. Tar adalah satu kesatuan dari empat puluh tiga bahan yang menyebabkan kanker. Sedangkan Nikotin adalah zat yang dapat merangsang saraf dan otak sehingga menimbulkan efek kecanduan. .
Menaggapi pertanyaan saudara Nurul yang pertama, menurut saya jelas sekali ada perbedaan dalam mengatasi masalah internal pada anak SMP dan SMA karena umur mereka saja sudah berbeda jadi cara mereka berpikir juga berbeda. Jangankan umur yang berbeda, beda siswa saja membutuhkan cara yang berbeda untuk mengatasi masalah internal mereka. Jadi guru yang profesional harus pandai-pandai mensiasati bagaimana menanggapi murid mereka yang memiliki masalah internal dengan cara melihat siswanya terlebih dahulu, jangan sampai arahan yang diberikan menambah beban pemikiran siswa mereka karena arahan yang diberikan tidak sesuai dengan yang dibutuhkan oleh siswa yang memiliki masalah.
BalasHapus